3 Strategi Perang Kuno yang Masih Berlaku di Zaman Modern

Ceritanya setelah puluhan tahun sudah Bangsa Indonesia (katanya) merdeka...

Di zaman yang serba modern ini masyarakatnya hidup dengan damai dan harmonis tanpa perlu lagi berperang... Tapi cerita nyatanya tidak seperti itu.

Guys, Kamu mungkin tidak sedang dalam peperangan, tapi di era modern seperti saat ini, bisnis adalah salah satu perang yang sesungguhnya terjadi. Mau tidak mau, Kamu adalah bagian dari peperangan ini, baik Kamu sebagai pemilik sebuah bisnis, atau Kamu yang bekerja untuk bisnis seseorang. Perang dalam bisnis pun bisa berskala nasional maupun internasional.
seni perang sun tzu
bisnis adalah perang yang memerlukan strategi
Jika bisnis adalah perang, maka perang membutuhkan strategi.
Sejarah itu biasanya berulang, siapa yang belajar dari pemenang, biasanya akan ikut menang, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, strategi perang kuno (The Art of War - Sun Tzu) dari tahun 500 sebelum masehi (sekitar 2500 tahun yang lalu) ini masih perlu kita perhatikan.

Strategi #1: Kenali Musuhmu dan Kenali Dirimu Sendiri!

seni perang sun tzu
untuk menang, kenali musuhmu, dan dirimu sendiri
Ceritanya ada orang melamar pekerjaan, kemudian dapat panggilan dan menghadiri wawancara. Setelah wawancara, eh, gak diterima, dia juga gak ngerti kenapa dia gak diterima. Masalahnya ternyata dia datang melamar pekerjaan, tapi gak tau apa atau siapa yang dia hadapi.

Guys, kalau Kamu sedang melamar pekerjaan kemudian menerima panggilan untuk wawancara, Kamu harus mempersiapkan diri paling tidak beberapa hari atau beberapa minggu sebelumnya untuk mempelajari semua hal yang perlu Kamu ketahui tentang perusahaan atau industri yang sedang mereka jalani. Kenapa? Coba bayangin, betapa mengagumkannya ketika Kamu masuk ke ruang wawancara, kemudian mengatakan "Pak, bisnis perusahaan ini kan bisnis Miliaran, saya tau saat ini perusahaan sudah menguasai 20% bagian dari pasar, dan saya dengar CEO-nya ingin mengejar target 30% di akhir tahun depan. Nah, Pak, inilah bagaimana caranya, jika saja perusahaan mempekerjakan saya, kita akan mencapai target 30% tersebut!" Beuh...kebayang gak tuh betapa mengesankannya Kamu di depan tim pewawancara!? Berapa persen keterima kerja kalau Kamu bisa seperti itu!? Kebanyakan orang saat ditanya dalam wawancara "Apa yang kamu ketahui tentang perusahaan kami?" cuma bisa bilang "perusahaan ini produksi spare part kan ya? apa lagi ya? mm..", "Gile lu ndro!" (kata yang wawancara)

Kadang juga mereka bukan cuma gak tau berhadapan sama siapa, namun bahkan mereka tidak tau tentang dirinya sendiri. Contohnya, sebagian pelamar pekerjaan jika ditanya saat wawancara "kenapa kami harus menerima Anda?" mereka juga gak tau harus menjawab apa. Biasanya jawaban yang keluar adalah "Saya akan bekerja keras!" Epic banget. Nope... itu kalimat yang sama seperti jawaban dari 20 orang yang sudah diwawancara sebelumnya. Masalahnya adalah kenapa Kamu lebih baik dari 20 orang lain tersebut? Atau dengan kata lain, apa sih yang bisa kamu lakukan sementara yang lain tidak bisa melakukannya sehingga Kamu lebih dari mereka semua?

Strategi #2: Hindari Apa yang Kuat, Serang Apa yang Lemah!

seni perang sun tzu
menang melalui perbedaan
Ceritanya, Bunga (bukan nama yang sebenarnya) diterima kerja di dalam sebuah perusahaan media. Bunga melihat semua orang pandai mengetik dengan cepat. Kemudian Bunga bertekad dalam dirinya "Saya akan bekerja keras dan menjadi lebih baik dalam mengetik berita dengan lebih cepat lagi! (/^0^)/" Maka Bunga tidak akan pernah dihargai - dari kacamata perusahaan - dengan kemampuannya yang lebih cepat dalam mengetik berita karena di dalam perusahaan tersebut ada banyak bahkan semuanya orang disana bisa mengetik berita dengan cepat. Maka seharusnya Bunga tidak berkompetisi dalam hal tersebut (mengetik berita dengan cepat).

Seharusnya Bunga bisa belajar menjadi jadi ahli internet marketing misalnya agar materi dari perusahaan tersebut bisa viral dan tersebar luas. Yang mana disaat orang di dalam perusahaan tersebut membutuhkan informasi tentang internet marketing, maka mereka akan datang menuju padanya karena hanya Bunga lah yang paling menguasai dan mengerti semua hal tentang internet marketing.

Begitu juga yang terjadi di dalam bisnis, tidak peduli bisnis yang skala besar maupun yang skala kecil. Tidak mengherankan saat ini kita melihat banyaknya orang yang gagal dalam berbisnis. Ketika orang-orang misalnya, membangun bisnis jualan barang eceran dengan harga murah dan bersaing, tapi bersaingnya sama Giant Hypermarket. Kenapa kita menyerang apa yang menjadi kekuatannya (harga)? Mungkin kita tidak akan bisa mengalahkan mereka dalam hal harga, tapi lihat apa kelemahannya. Apa yang orang tidak suka dari berbelanja di Giant Hypermarket? Misalnya ternyata orang tidak suka pergi ke Giant Hypermarket karena terlalu jauh dari pusat pemukiman penduduk, susah untuk parkir, dan terlalu panjang antrian kasirnya. Maka Kamu membangun Minimarket yang menawarkan tempat berbelanja yang lebih dekat, lebih cepat, dan lebih mudah (mungkin itu salah satu alasan lahirnya Alfamart dan Indomaret). Well, itu pun masih persaingan yang sulit sih, tapi paling tidak sekarang Kamu punya peluang lebih besar untuk menguasai sebagian kecil dari pasar.

Strategi #3: Jangan Menang dengan Mengadu Kemampuan, tapi Kalahkan Lawan Tanpa Pertempuran.

seni perang sun tzu
menanglah sebelum berperang
Ceritanya ada seorang artis dihina seseorang di media massa. Kemudian dengan penuh rasa amarah dia segera mengajukan tuntutan ke pengadilan. Dia ingin orang itu dipenjara! Dan tentu Kamu sudah tau kalau cerita seperti itu beneran ada, ya kan!?

Coba liat bagaimana saat ini dengan mudahnya orang menuntut orang lain ke pengadilan. Mungkin memang ada titik dimana 'perang' menjadi pilihan jalan terakhir. Tapi sebenarnya banyak kasus yang bisa diselesaikan hanya dengan semudah mengangkat telepon dan bicara baik-baik. Mengangkat telepon tidak akan menimbulkan banyak biaya. Menuntut orang ke pengadilan perlu banyak biayanya!

Kita lihat bagaimana orang mengklaim dirinya 'menang' di pengadilan setelah beberapa kali proses sidang yang panjang dan dia sangat bangga akan 'kemenangannya' itu. Ya, bangga, karena hanya 'bangga' yang bisa dia lakukan setelahnya.

Jika kita berfikir secara lebih rasional, sebenarnya dia telah menghabiskan uang yang sangat banyak, energi yang sangat banyak, waktu yang sangat lama, dan juga opportunity cost lainnya. Namun kemudian dia mengklaim bahwa dia yang 'menang'. Well, mungkin juga ada kasusnya dimana menang di pengadilan adalah keuntungan yang besar dibanding dengan biayanya, misalnya dalam memperebutkan hak kepemilikan atas sesuatu yang berharga. Tapi banyak juga yang tidak demikian.

Intinya, Kamu harus lebih pintar dari lawanmu. Dalam 'perang', Kamu tidak bersandar pada emosi seperti rasa marah dan bangga untuk memutuskan apakah Kamu akan menyerang atau tidak. Kamu harus selalu menghitung segi biaya (uang, energi, waktu, opportunity cost) dalam setiap peperangan. Dan Kamu harus melakukannya semampumu untuk bisa memenangkan pertarungan tanpa benar-benar berperang, karena Kamu sadar bahwa perang itu adalah biaya, dan biayanya sangatlah besar.

Cerita di atas hanya contoh saja, tapi esensinya bisa diterapkan dalam konteks atau kondisi apapun ketika Kamu perlu untuk "menang".

Artikel Terkait

Previous
Next Post »